Mengubah Pengharapan Menjadi Prestasi
RESUME 17
Assalamualaikum. Wr.Wb
Profesi : Guru di SDN No. 30 Kota Gorontalo, Prov. Gorontalo.
Lahir di Sidodadi, 14 Juni 1978.
Encik Mila adalah nama blognya, Beliau menikah dengan Amir Hamzah, S.P dan dikaruniai 3 orang putri dan 1 putra.
Alamat Pertemanan:
Email : jamila.baderan@gmail.com
Youtube: Jamila Baderan
Intagram : Jamila Baderan & Fb : Jamila Baderan
Blank.....itu yang saya rasakan pagi ini. Materi ke-17 semalam, di kelas menulis bersama Om Jay, baru saya buat draft "ala copas" dari WAG. Materi kelas cukup bagus dengan moderator yang sudah tak asing lagi, Aam Nurhasanah, S.Pd.
Terdiam cukup lama, memandangi laptop dan membaca semua chat ala copas di word. Cara ini memang selalu saya lakukan jika saat materi, saya tidak langsung membuat resume. Mengapa ?
Pernah suatu kali, saat pertemuan ke berapa-nya, saya lupa. Saat materi berlangsung memang saya hanya menyimak lewat WAG, dan pagi harinya saya memulai mencari obrolan di WAG pertemuan semalam.
Dan saya harus scrool materi semalam, dan ini saya rasa tidak efektif, karena memang grup ini sangat aktif, maka obrolan sudah berpuluh-puluh chat. Setelah kejadian itu, saya mencoba mencari cara agar resume dapat saya buat tanpa harus liihat chat di WAG. Caranya, semua obrolan materi saya copas di word dulu.
Setelah membaca berkali-kali dari materi, akhirnya tangan ini mulai menekan tuts keyboard dengan perlahan tapi pasti, dengan satu tujuan " resume harus jadi".
Ekspektasi Tak Seindah Kenyataan
Kalau melihat KBBI, arti dari ekspektasi adalah pengharapan.
Apa pengharapan kita masuk di kelas menulis bersama PGRI bimbingan Om Jay?
Untuk menghasilkan sebuah karya, menerbitkan buku....mungkin bukan buku saja tetapi masih banyak pengharapan-pengharapan lain, tergantung masing-masing pribadi.
"Dalam hal menulis, harapan terbesar kita adalah mampu merangkai kata-kata menjadi sebuah paragraf menarik yang terus berangkai menjadi bab demi bab hingga akhirnya menjadi sebuah buku", begitu paparan chat beliau pada malam ini.
Tetapi terkadang kenyataan tidak sesuai dengan pengharapan kita.
Tema inilah yang diangkat oleh Encik Mila di buku keduanya dengan Judul "Ekspektasi VS Realitas" yang diterbitkan pada tahun 2019. Sebelumnya buku pertama telah diterbitkan pada tahun 2018 dengan judul "Kwartet Media Bermain dan Belajar" . Dan buku karya bersama dengan judul "Design Thinking Membangun Generasi Emas dengan Konsep Merdeka Belajar" pada tahun 2020.
Selain cantik, Ibu Jamila sangat kreatif dan pandai. Dari https://encikmila.blogspot.com/2020/11/profil.html, saya membaca riwayat pendiidikan beliau.
Riwayat Pendidikan:
TK Negeri Pembina Palu (lulus 1985)
SDN Inpres Tanamodindi II Palu (lulus 1991)
SMP Neg. 8 Kota Gorontalo (lulus 1994)
SMK Neg. 1 Gorontalo (lulus 1997)
S1 PGSD UNG (lulus 2011)
S2 Pendidikan Dasar UNG (lulus 2018)
Dalam mewujudkan ekspektasi memang tidaklah semudah membalikkan telapak tangan, pada prosesnya kita harus berjuang melawan semua hambatan yang datang baik dari diri sendiri mapun dari lingkungan sekitar.
Menulis itu Mudah, Kok kadang bermasalah ya?
Saya sangat setuju dengan paparan beliau yang menyatakan bahwa Sekilas, menulis adalah hal yang sangat mudah. Bukankah kita sudah sering menulis sejak kecil? Tetapi, ketika kemampuan menulis tersebut disandingkan dengan ekspektasi sebuah karya yang bernilai bagi orang lain muncullah masalah besar.
Nah, jadi masalah akan muncul jika saat bersanding dengan tulisan orang lain yang digolongkan menjadi karya ayng bernilai tinggi.
Beberapa pertanyaan sering timbul pada benak kita saat akan menulis, misalnya:
" Mulai menulis bagaimana ya?"
" Mau menulis tema apa ya?"
" Apakah tulisan saya akan menarik ?"
" Tulisan saya sudah benar belum ya?"
Dan mungkin masih banyak pertanyaan lainnya.
Beruntunglah saya bisa belajar di grup menulis ini, karena pertanyaan demi pertanyaan mulai bisa terjawab.
Tulislah apa yang kamu sukai dan kamu kuasai, mulailah darimana kau suka !
Tak usah pikirkan apakah tulisan kita bagus atau tidak, alunkan saja kemana arahmu !
Jam terbang dalam menulis sangat dibutuhkan, maka berproseslah !
Memang dalam menulis, menentukan langkat awal terkadang suatu hal yang sulit. Carilah ide yang ada di sekitar kita.
Menulis jangan menjadi beban untuk kita, tapi jadikan sebuah perjalalan yang mengasikan.
Tantangan Terbesar adalah Menghadapi Diri Sendiri
Kata-kata dari almarhum ibu saya masih terngiang dalam benak saya, harus berani melawan rasa malu, rasa takut atau pun rasa malas yang muncul dalam diri. Kalau bukan diri, siapa yang akan melawan. Kalau pun orang lain bisa menyuruh atau memarahi atau bahkan mengancam sekali pun, jika tidak dalam diri bergerak, maka percuma.
Hal ini juga yang menjadi bahasan narasumber.
Tantangan menulis terbesar itu ada pada diri kita sendiri. Yaitu mood dan kemauan alias niat.
Oleh karena itu untuk mengubah ekspektasi menjadi prestasi kita harus berubah. Ada 2 hal penting yang harus kita ubah, yaitu mindset dan passion. Mindset adalah cara pikir tentang sesuatu yang dapat mempengaruhi sikap dan tindakan kita. Sementara passion adalah sesuatu yang membuat kita tidak pernah merasa bosan.
Jika ada yang penasaran dan ingin mengetahui lebih dalam tentang kedua hal tersebut. maka silahkan membaca buku Encik Jamila. Di buku itu dibahas secara detail dalam buku hasil kolaborasi bersama Prof. Eko Indrajit dan diterbitkan oleh Penerbit Andi.
Pentingnya konsitensi menjadi kunci penting keberhasilan narasumber cantik ini, dimana beliau dapat menyelesaikan tantangan menulis bersama Ekoji dalam waktu satu minggu.
Beliau membagikan pengalamannya dalam hal menulis, antara lain:
- Tulislah apa yang ingin kita tulis.
- Menulislah apa adanya, tanpa beban, dan tekanan.
- Jadikan menulis sebagai suatu kebutuhan
- Menulislah hingga tuntas, jangan memikirkan editing.
- Menulis jangan terlalu lama.
- Jangan memikirkan baik buruknya tulisan kita, karna yang akan menilai adalah pembaca.
Kesimpulan
Menulis merupakan suatu tantangan antara harapan dan
kenyataan. Ekspektasi dalam menulis harus terus kita perjuangkan dengan niat,
tekad, nekad dan konsisten. Realitas berupa prestasi adalah buah dari perjuangan.
Maka berjuanglah menuntaskan karyamu, agar jejak yang ditinggal bermanfaat bagi
generasi setelah kita
Kesimpulan ini sangat memotivasi saya sebagai penulis pemula. Dimana masih panjang perjalanan menulis saya. Ibarat sebuah sebuah perjalanan ke luar kota, maka ini baru membeli tiket di loket pembelian tiket, apakah kita dapt membeli tiket tersebut? BERJUANGLAH.
Lengkap resumenya, tetap semangat bu Ida
BalasHapusterima kasih bunda, sukses selalu bunda
HapusMantap resumenya bu. Kelihatan kalau sudah terlatih.
BalasHapusterima kasih kunjungannya bunda....salam literasi
HapusHem, font tulisannya unik dan cukup menarik. Bikin tergoda membaca sampai selesai.
BalasHapusTerima kasih kunjungannya, masukan dari Pak Rizki sangat berguna banget.
HapusSaya membaca full..interesting.. saya suka
BalasHapusTerima kasih kunjungannya, pak
Hapus