KULIAH ONLINE DI MASA PANDEMI
Tulisan ini merupakan naskah yang saya kirimkan ke kurator buku Antologi yang membahas tentang PJJ di masa Pandemi.
Saya tertarik unutk ikut menulis di buku antologi ini, karena memang ada pengalaman PJJ di semester genap kemarin dan sampai semester ini pun masih PJJ.
Kata pengantar dari buku ini akan diberikan oleh beberapa tokoh penting dalam duni literasi yakni Om Jay dan Prof Eko Indrajit. Wow...menarik kan????
Salam hangat untuk para pembaca tercinta. Saya ingin
menuliskan pengalaman saya selama melakukan kuliah online atau
Pembelajaran Jarak Jauh di masa pandemi. Saya seorang pendidik di sebuah Perguruan
Tinggi Swasta di Kota Tegal. Kota Tegal salah satu kota yang berada daerah
pantai utara. Kotanya tidak terlalu besar, mungkin kalau kita berjalan-jalan
mengitari daerah perkotaan sekitar satu atau dua jam, dengan jalanan yang tidak
terlalu ramai atau padat.
Politeknik Harapan Bersama ini tempat saya memberikan
kontibusi dalam dunia pendidikan. Saya mulai bergabung dengan institusi ini
sejak tahun 2012. Mungkin bisa dibilang jalan hidup menuntunku untuk kembali ke
kota kelahiran saya dan terjun di dunia pendidikan. Dan saya ditempatkan
mengajar di Prodi D3 Teknik Komputer.
Saat pandemi melanda yakni sekitar awal bulan Februari
atau Maret 2020, semua kegiatan perkuliahan dilakukan secara Work From Home oleh dosen dan staf,
sementara mahasiswa juga harus Studi From
Home.Dunia terhenyak oleh pandemi ini, tak terkecuali dunia pendidikan.
Saat itu saya mengajar semester 2 yakni mata kuliah basis data yang memang
karena kami di pendidikan vokasi maka 70% pembelajaran adalah di laboratorium
komputer melakukan praktikum dan praktek. Sebelum pandemi sebenarnya saya telah
menggunakan fasilitas e-learning dengan Google Classroom, tetapi hanya untuk
tugas-tugas saja. Tetapi setelah pandemi Google classroom ini menjadi media
pembelajaran online di masa pandemi.
Semua
materi tiap pertemuan akhirnya saya buat di google classroom, walaupun
terkadang sesekali saya menggunakan aplikasi conference. Saya memilik video conference google
meet karena tidak berbayar. Mahasiswa juga merasa keberatan jika harus
menggunakan zoom ataupun aplikasi conference yang lain karea belum terbiasa.
Akhirnya perkuliahan semester 2 dilakukan melalui googlr
clasroom untuk menyajikan teori berupa pdf, slide presentasi, dan bahan ajar.
Sementara untuk praktek komputasi mengggunakan my SKL saya harus membuat materi
pembelajaran berupa potongan vidio praktek dan menjabarkannya dalam slide
presentasi praktek dalam versi saya. Kemudian slide presentasi ini saya lakukan
praktek juga di google meet. Yang terjadi hanya 80% mahasiswa yang dapat bergabung
untuk ikut dalam google meet, yang lainnya biasanya terkendala sinyal,
jaringan, kuota, atau gawai yang tidak mendukung..
Ada
juga mahasiswa yang tidak mengikuti kuliah praktek karena tidak punya laptop
atau laptopnya tidak mendukung. Dicatatan saya, dari 3 kelas yang saya ampu,
20%-30% tidak memiliki sarana pendukung seperti sinyal, jaringan, kuota, atau
gawai yang tidak mendukung. Ironis memeang, mereka adalah mahasiswa teknik
komputer, terapi tidak memiliki sarana dan rasarana pendukug dalam perkuliahan
mereka, sementara lab komputer kami sebanayak 6 ruang riak dapat digunakan
karena di masa andemi tidak diperolehkan aanya berkupul takut akan penularan
virus dan akan menjadi klaster terbaru.
Inilah
potret mahasiswa yang saya hadapi, dimana kami para dosen ataupun tenaga
pendidik harus erangkat dai apa yang ada dan apa yang bisa dilakukan dalam
kuliah online. Google meet hanyasaya lakukan seminggu sekali, padahal pertemuan
mata kuliah saya dua kali seminggu. Penugasan yang biasanya saya berikan satu
miggu sekali saya perpanjang menjadi dua miggu sekali. Ujian akhirr semester
yang harusnya saya buat project basis ata dan dibuat dalam sebuah makalah yang
harus dipesentasikan juga idak dapat saya lakukan. Saya melihat beberapa hal
yang mungkin tidak dapat saya lakukan melalui daring dibandingkan dengan tata
muka.
Misalnya
saja, sesi diskusi yang saya lakukan lewat google meet hanya satu atau dua
orang yang ikut diskusi, bahkan ada kelas-kelas tertentu mereka hanya berjalan
satu arah. Cukup bingung saya saat itu,
bagaimana saya harus mencapai capaian target pembelajarn dimasa pandemic ini? Tahun-tahun sebelumnya saya haus melakukan ujian akhir
semester dalam bentuk presentasi project basis data yang dihasillkan oleh
mahasiswa saya, tetapi masa pandemi ini mahasiswa masih kesusahan melakukan
presentasi ini dalam conference karena mengalami kendala. Akhirnya setelah
saya mengikuti beberapa webinar tentang PJJ di youtube saya bermaksud untuk
menurunkan capaian pembelajaran saya hanya sampai pembuatan project dan diulis
dalam benuk makalah. Sedangkan, presentasi saya ubah mejadi pembuatan video
pembelajaran yang berisikan resume dari tiap-tiap bab yang ada pada bahan ajar
yang saya buat dan jadikan ppedoman saya di semester itu.
Waw,
hasilnya lumayan, 90% mahasiswa dapat melakukan tugas dengan baik dan UAS apat
say laksanakan dengan nilai rata-rata yang tidak mengecewakan. Tetapi, nilai
bukanlah satu-satunya indikator keberhasilan materi ini sampai ke mereka. Ada
beberapa indikator lain seperti hasil wawancara saya dari beberapa mahasiswa
yang melakukan remedial.
Satu
hal yang membuat saya termotivasi melakukan kelas online dalam pembelajarn ini
yakni keberhasilan para mahasiswa saya jika telah membuat project basis data
dengan baik. Walau pun mata ini terasa lelah saat memeriksa tugas-tugas
mahasiswa yang dikirim dalam bentuk pdf di google classroom, atau membuka video
satu per satu dari hasil kiriman tugas video pembelajaan. Yah....adaptasi
dengan ner w normal baru, termasuk adaptasi dengan interasksi gawai yang lebih
sering dibandingkan berinteraksi dengan mahasiswa di kelas luring.
Bukanlah
mudah menghadapi pandemi ini. Secara kondisi kita semua dipaksa untuk bisa
menghadapi pembelajaran menggunakan teknologi yang ada. Maka perkembangan
teknologi di bidang ini meroket cepat, termasuk bermunculan aplikasi-aplikasi
conference dan pembuatan video tutotial berbasis android.
Selalu
saya tekankan kepada mahasiswa untuk happy kuliah daring dan sehat selalu. Jadi
tiap akhir materi di google classroom saya selalu cantumkan hastagh n. Dan kita
mau tidak mau, suka tidak suka , bisa tidak bisa, akhirnya harus berusaha untuk
mampu menguasai pembelajaran PJJ ini. Jangan membuat sulit, mulailah dari apa
yang bisa dan apa yang ada, karena proses transformasi ilmu ini bisa dilakukan
dengan media apapun.
Ada
kisah-kisah lucu dari mahasiswa-mahasiswa saya. Ada yang bangun kesiangan dan
akhirnya tidak mengikuti kelas melalui google meet . Ada yang curhat melalui
whatapp jika kuota habis, yang ada hanya kuota WA maka tidak bisa ikut kelas
Google Meet. Ada pula yang curhat, laptopnya tidak ada, gwainya jadul,
sinyalnya tidak bagus….wah saya jadi berasa temoat curhat mahasiswa, tapi
inilah potret kehidupan mahasiswa di kampus kami. Gambaran masyarkat di tingkat
menengah ke bawah.
Segala curhatan saya berikan
komentar positif walau pun terasa “ngenes” kalau bahsa jawanya. Tapi saya juga
tidak bisa berbuat banyak, yang saya lakukan adalah pendekatan persuasive bagi
mahasiswa-mahasiswa yang memang khusus tidak bisa ikut meet, maka komunikasi
saya lakukan lewat WA. Tugas praktek dilakukan secara kelompok, mahasiswa yagna
tidak memiliki laptop akan bekelompok dengan mahasiswa yang memiliki laptop.
Sedih saat melihat 6
laboratorium komputer teronggok tak digunakan selama beberapa bulan. Kampus
menjadi lengang…karena saya staff maka saya dapat giliran piket satu minggu 2
kali.
Tapi Alhamdulillah, semester 2
terlewati dengan baik, Hasil akademik 3 kelas yang saya ampu hasilnya memenuhi
syarat lulus, Cukup berbahagia kala itu, di masa pandemic mencoba memberikan
yang terbaik untuk mahasiwaku,
Tak hanya perkuliahan saja yang
daring, saya membimbing mahasiswa Tugas Akhir pun akhirnya menggunakan daring
dengan melakukan vcall wa tiap pertemuan konsultasi, Hal ini cukup efektif
karena kami berhasil melakukan diskusi dan melakukan penyelesaian tugas akhir
sesuai jadwal kalender akademik.
Ternyata ujian ini masih
berlanjut, tak terasa sudah hampir 10 bulan kita masih pembelajaran daring.
Bahkan ini semester ganjil di masa tahun akademik 2020/2021 masih harus daring
lagi, walau pun sesekali kami melakukan luring di laboratorium komputer.
Tentnya dengan protocol keseshatan…ya…Ngeri-ngeri sedap….karena memang di dalam
laboratorium komputer meahasiswa mengikuti protokol kesehatan, tapi saat di
loroang kelas, lorong laboratotium atau saat di kantin, saya masih melihat
mahasiswa berkerumun.
Inilah tantangan buat kita
untuk menyadarkan semua pihak betapa kesehatan harus dijaga dengan menjalankan
protokol kesehatan dengan baik. Senoga pandemi ini cepat berlalu.
Salam
Literasi.
Komentar
Posting Komentar