Perkembangan Teknologi Melesat Pesat di Dunia Pendidikan pada Masa Pandemi

Awal tahun 2020 , masyarakat dikejutkan dengan adanya wabah penyakit yang melanda dunia, yakni wabah virus corona. Yang semula wabah ini hanya di beberapa negara, sekarang wabah itu telah merambah ke seluruh wilyah dunia. Semua terhenyak akan wabah ini dan semua sektor pun terdampak akibat pandemi covid-19 ini.

Hampir semua sektor kehidupan mengalami dampaknya, dari sektor kesehatan, sektor ekonomi, sektor moda transportasi, sektor pendidikan dan masih bbanyak sektor lainnya. Mungkin bukan hanya dampak negatif, ada pula dampak positif yang ditimbulkannya. Misalnya saja perubahan pola hidup masyarakat dunia yang menggunakan pola hidup di era new normal. Untuk menghindari penyebaran virus ini maka kita harus menggunakan pola hidup 3M, yakni menggunakan masker, mencuci tangan dan menjaga jarak. Dan setiap dari luar rumah kita akan membersihkan diri. Tanpa sengaja semua lapisan masyarakat menerapkan pola hidup bersih.

Begitu juga sektor pendidikan, mengalami dampak negatif dan juga dampak positif. Seperti kita ketahui bersama, sudah selama hampir 10 bulan dunia pendidikan mealakukan pembelajaran dalam jaringan atau biasa dikenal dengan Daring pada masa pendemi ini. Dunia pendidikan mau tidak mau, suka tidak suka dan bisa tidak bisa harus menggunakan metoda pembelajaran Jarak  Jauh dengan menerapkan teknologi informasi yang ada. Metode pembelajaran jarak jauh ini sebenarnya memang sudah ada sejak lama, bahkan panduan PJJ ini sudah dibuat oleh Kementerian  Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan  Tinggi, khusususnya Direktorat Pembelajaran dan  Kemahasiswaan  pada Tahun 2011

Pada buku Panduan PJJ tersebut dijelaskan bahwa Sistem pendidikan jarak jauh (PJJ), yang dipersepsikan sebagai inovasi abad 21, merupakan sistem pendidikan yang memiliki daya jangkau luas lintas ruang, waktu, dan sosioekonomi. Sistem PJJ membuka akses terhadap pendidikan bagi siapa saja, di mana saja, dan kapan saja. Dengan karakteristik tersebut, sistem PJJ seringkali dianggap sebagai solusi terhadap berbagai masalah pendidikan, terutama yang berkaitan dengan pemerataan dan demokratisasi pendidikan, serta perluasan akses terhadap pendidikan berkualitas kepada seluruh lapisan masyarakat lintas ruang dan waktu.  

Melalui berbagai perangkat hukum yang telah dikeluarkan pemerintah, yaitu SK Mendiknas No. 107/U/2001, UU Sisdiknas No. 20/2003, PP 17/2010, dan juga PP 66/2010, sistem PJJ sudah menjadi bagian yang menyatu dalam dunia pendidikan di Indonesia, dan menjadi pilihan bagi masyarakat untuk memperoleh akses terhadap pendidikan, termasuk pendidikan guru dan tenaga kependidikan. Situasi ini mendorong berbagai institusi pendidikan, terutama pendidikan tinggi, untuk berpartisipasi aktif dalam pendidikan jarak jauh. 

Dalam perkembangannya, sistem pendidikan jarak jauh mengambil manfaat besar dari perkembangan media dan teknologi pembelajaran yang dapat menjembatani kebutuhan akan pendidikan secara massal dan luas. Perkembangan teknologi yang pesat memunculkan model pendidikan jarak jauh yang fleksibel dan cerdas, mampu membuka akses pendidikan bagi siapa saja melintasi batas ruang dan waktu, serta mengatasi berbagai kendala sosioekonomis  

Tetapi pada kenyataannya, PJJ ini dari tahun 2011 belum banyak yang mengimplementasikannya. Beberapa perguruan tinggi  sudah ada tetapi biasanya UT atau Universitas Terbuka. Demikian juga sektor pendidikan masih sedikit yang menerapkan e-learning sebagai salah satu pendukung pola pembelajaran Jauh. Hal ini disebabkan karena metode pembelajaran masih menggunakan tatap muka atau istilahnya luring atau luar jaringan.

Tetapi dengan adanya pandemi ini semua tingkat pendidikan menggunakan PJJ atau kita menyebutnya daring. Dari tingkat sekolah dasar hingga tingkat perguruan tinggi, sampai-sampai seminar pun menggunakan seminar berbasis web atau online yang biasa disebut webinar. Faktor-faktor inilah yang mendukung perkembangan teknologi inforamasi melesat pesat di dunia pendidikan. 

Penerapan teknologi informasi diimplementasikan pada proses transformasi ilmu dari seorang pendidik ke peserta didik. Dari mulai menggunakan media sosial seperti grup WA atau telegram hingga penggunaan media konferensi seperti google meet, zoom atau platform lan.  

Dan platform e-learning pun mulai dibangun di beberapa instansi pendidikan, dengan menyesuaikan kebutuhan sekolah masing-masing. Semua elemen pendidikan menggunakan teknologi informasi ini, walau pun pada kenyataannya bahwa  infrastruktur di negara kita belum mendukung perkembangan teknologi yang cukup pesat ini. Di beberapa daerah masih belum bisa menerapkan daring karena keterbatasan instalasi listrik dan teknologi jaringan yang belum ada di daerah itu, sehingga  media pembelajaran tatap muka atau luring tetap dilakukan  untuk di daerah-daerah tersebut. Banyak yang melakukan secara grup kecil di rumah gurunya atau di beberapa tempat dengan tetap menggunakan protokol kesehatan.

Inilah PR bagi kita semua di dunia pendidikan, untuk bisa melakukan proses transformasi ilmu pada masa pandemi dengan memanfaatkan teknologi informai yang ada dan yang bisa dijangkau oleh dua elemen, yakni peserta didik dan pengajar. Oleh karena itu perlunya peningkatan kompetensi di dunia teknologi informasi bagi kedua elemen tersebut. Dan juga akhirnya gawai dan laptop menjadi alat komunikasi pembelajaran yang sangat dibutuhkan pada proses transformasi ini.(Ida Afriliana, Dosen Politenik Harapan Bersama, Tegal).






Komentar

Postingan populer dari blog ini

PAHLAWAN LITERASI DI ERA MILENIAL DARI SMP TARUNA BAKTI

Part 5: Eksplorasi Kampus TAFE di Quensland ,Australia: Perjalanan Belajar Singkat di Negara Kanguru

Tetap Eksist di dunia Literasi Bersama EBAS 5