GRUP DOSEN PHB MENULIS

 Grup ini tercetus saat dosen PHB yang ingin mencoba memasuki dunia literasi

Targetnya adalh membuathkan buku Antologi karya dosen PHB

penulisan ini menceritakan kiprah kita di PHB

Hari ke-1

PULANG KAMPUNG...KOTA TEGAL TERCINTA

Kembali ke kota kelahiran, saat tahun 2010 saat itu. Tak terfikirkan mau kerja apa nantinya, yang pasti di benakku hanya akan menemani sang Ibu yang sendirian di kota Tegal tercinta. Semenjak kuliah berada di kota pinggiran Jakarta, hingga berkeluarga dan memiliki 4 buah hati, hingga saya harus back to village.

Ternyata kesempatan menjadi dosen pengajar di suatu PTS di Tegal, tepatnya menjadi dosen luar, kesempatan  untuk mengajar saja sudah bersyukur. Latar belakang pendidikan saya yang teknik industri, tetapi ditempatkan mengajar di prodi DIII Teknik Komputer membuat saya bertanya, apa saya dapat mengajar di Prodi tersebut? Bersyukur saya hanya mengajar aplikasi perkantoran yang emang sudah terbiasa saya gunakan, maka belajarlah untuk membuat modul ppt dan bahan ajar versi saya. Dunia mengajar sudah bukan hal yang baru buat saya karena saya pernah menjadi asisten dosen pada Laboratorium Sistem Produksi saat kuliah dulu, di smt 7 dan smt 8, yang hasilnya cukup untuk  jajan di jaman kuliah. 

Deg-deg an masih dilalui karena harus mengajar lagi setelah tahun 1998 akhir semester 8 dan 2010 baru ngajar lagi.....hehehe. Lama juga y. Dunia ibu rumah tangga yang saya geluti selama 12 tahun cukup memberikan banyak perubahan, bagaimana harus menyalakan komputer di lab.kom, mengelola 40 komputer, mengajari mahasiswa dan langsung praktek, menjadi pengalaman tak terlupakan. Karena memang hal baru yang harus saya geluti, untuk memasuki dunia pendidikan di era itu.

Mengawali dengan Bismillah untuk membuka gerbang pendidikan di dunia PTS, di kota kelahiranku. Kampus yang cukup membanggakan Politeknik Harapan Bersama Tegal. Saatnya berjuang menjemput asa.


Hari ke-2

KESASAR DI SEBUAH PRODI DIII TEKNIK KOMPUTER

Berlangsungnya waktu, perjalanan mengajar di PHB ini membawa ke tahun 2012 dimana saya arus melakukan peningkatan kompetensi, dimana semua dosen harus telah menyelesaikan S2. Maka dengan kesempatan yang telah diberikan oleh Instansi untuk mengikuti tes masuk UDINUS dengn biaya BPKLN maka berangkatlah 17 dosen Prodi DIII Teknik Komputer ke Semarang, saat itu kami menggunakan kendaraan dari kampus dengan dikawal leh Bapak Direktur yang menjabat saat itu, Bp.Chambali. Kai ikut ujian masuk di UDINUS, dengan niat hanya menjalani kewajiban, tanpa memiliki target harus lolos....yah...gak pede amat y.......

Ya, memang mungkin lebih tepatnya sudah tidak berharap apapun,, istilahnya nothing to lose, karena meman saat itu suami bekerja di Jakarta, saya harus menemani ibuku di Tegal dengan 4 anak, apakah saya mamu untuk juga menjalani kuliah S2 di Semarang????? Baru saja masuk ke dunia pendidikan, yang ternyata segala kebijkan amat sangat cepat maka mau tidak mau, suka tidak suka, kita harus mengikuti peraturan tersebut. 

Singkat cerita, akhirnya dari 17 dosen ada 5 dosen yang lolos untuk melanjutkan S2 dengan beasiswa dari BPKLN dan dengan masa iktn kerj dengn institusi kami, yakni PHB. ernyata nama saya ada dalam deretan daftar nama yang diterima ikut melanjutkan S2 dan perkulihan dimulai tahun 2013. Kaget, seneng bercampur sedih, nambah lagi bingung....... Tadinya niat mundur, tetapi sudah tidak bisa....... dan akhirnya maju terus pantang mundur. Menjalani perkuliahan Sabtu-Minggu ke Semarang, dengan kelima rekan satu perjuangan. Naik kereta Tgl-Semarang, dengan meninggalkan ke-4 anakku dengan ibu dan asisten RT. Berat saat awal, tapi akhirnya dengan perjuangan yang mungkin bagi saya tidak ringan, studi baru selesai di tahun 2015, walaupun beasista uang kuliah, tetapi karena selesainya mundur satu semester, jadi tetap ada penambahan biay dari kocek sendiri plus P selama perkuliahan juga dari kocek kami masing-masing. Alhamdulillah, Allah maha Kaya, dicukupkan semuanya,.....Matematika Allah itu memang berbeda dengan manusia.

Tahun 2013, saya diberikan amanah menjadi dosen tetap dan memenuhi persyaratan sebagai dosen. Disinilah perjuangan Tridharma Perguruan Tinggi dimulai. Walaupun saat itu masih harus berjuang dengan Si Kamandaka tiap Minggunya...

Satu dari proses ini, proses tidak mengkhianati hasil. Perjuangan emak-emak di dunia pendidikan.


Hari ke-3

AKHIRNYA BERKUTAT DENGAN TRIDHARMA PT

Mengajar menjadi suatu hal yang saya sukai, bertemu dengan mahasiswa, berbagi ilmu bahkan terkadang ada beberapa yang cukup dekat dan akrab. Tak terlupakan saat pertama mengajar, saya masih tidak tahu meremote semua komputer di labraorium komputer, akhirnya saya memberanikan diri bertanya pada petugas laboran....... dan belajar meremote seluruh dan menggunakan aplikasi netop teacher. Satu ilmu bertambah, pikirku. 

Mengajar aplikasi perkantoran memang cukup mudah, tetapi mengemas menjadi menarik itu yang mungkin kesulitan buat saya. Mengajarkan Ms.Word unutuk dunia perkantoran, untung dulu sering ngerjain laporan waktu masih kerja di perusahaan pupuk, sehingga masih ada gambaran. Kemudian mengajarkan penggunaan MS.Excel. power point dan MS.. Acces. Materi yang saya yakin semua orang bisalah untuk belajar, hanya bedanya, saat diminta menjadi pengawas ujian sertifikasi saat itu, saya masih nol banget. Bagaimana cara mengawas....bagaimana menarik penilaian dari komputer.....dan saatnya belajar lagi.   Karena harus mengajar di program studi DIII Teknik Komputer, akhirnya saya membeli sebuah laptop dengan ukuran 10 inch, yah....notebook lah ya, inilah 'joko loro" ....dimana saya belajar membuat materi dan belajar mengajar.

Ternyata seorang dosen itu bukan cuma mengajar, tetapi memiliki kewajiban Tridharma Perguruan Tinggi. Apa itu....pikirku. Akhirnya saya tanya simbah Google, dan mulai mengetahui, bahwa Dosen itu harus pengajaran, penelitian dan pengabdian masyarakat.

Saatnya pengajuan proposal penelitian dan pengabdian masyarakat pun tiba, seingat saya tahun 2014 kala itu. Semua dosen diminta mengajukan PKM dan penelitian, wow....apa ini ya? saya tidak mengerti saat itu. Seperti biasa....ikut sosialisasi, nanya sini nanya sono. Orang pertama yang saya minta referensi untuk penelitian dan pengabdian adalah Bapak Oman Somantri, selain rekan dosen juga rekan seperjuangan dan sepenanggungan di UDINUS. Hampir intens obrolan itu, dan akirnya nekat.....mengajukan proposal. Awali dengan Bismillah.......


Hari ke-4

Keluar dari zona nyaman

Selama beberapa tahun di PHB, memang hanya berkutat di Prodi saja, dengan berjalannya waktu akhirnya mengenal rekan dosen dari prodi lain. Akhirnya mulai mengenal dosen lain di luar prodi, berawal dari dosen dari prodi Kebidanan, Akuntansi hingga prodi teknik. Berawal dari pengajuan proposal penelitian dan PKM, hikmah di balik itu adalah mengenal rekan dosen prodi lain. Karena memang dosen di Prodi Komputer didominasi para Bapak-bapak, maka mengenal dosen di luar prodi menjadi hal menyenangkan, bertambah silaturahim dan menambah wawasan.

Mengenal lingkungan PHB lebih dekat, menguatkan diri bahwa inilah dunia pendidikan yang akan dihadapi, dan mungkin akan menjadikan diri ini lebih bermanfaat dengan ilmu yang pas pas an yang kumiliki.

Banyak sekali hal yang harus dipelajari, bukan hanya belajar "ngoding" karena kebetulan latar belakangku dari teknik industri. Dulu aku  belajar pakai alat gerinda, mesin bubut dan mesin potong, sekarang harus ngoding. Dulu belajar ngoprek analisis statistika dan APK dan perencanaan bagaimana mau membangun pabrik, jadi belajar lagi tentang segala hal tentang pemrograman, database dan bahkan perkembangan teknologi yang ada. Jauh sih ilmunya..tapi minimal dasar algoritma sama saja dan ada beberapa makul yang sama sih. Bedanya dulu belajarnya masih santai, kalau sekarang belajarnya harus berkejaran dengan jam mengajar mahasiswa.....

Malam ini belajar, lusa ngajar.....awal mengajar masih begitu,...bahasanya saya sama halnya dengan mahasiswa saya, masih belajar, bedanya saya tahu beberapa hari sebelumnya. Jujur, tiap mau ngajar praktek, saya deg deg an, takut terjadi error, tapi sebuah senjata selalu dipersiapkan untuk terjun payung, yakni "Nanti kita bahas minggu depan". Itulah tahun-tahun awal mengajar, sehingga modal niat dan kemauan untuk belajar dan belajar selalu terpacu, saat ketemu mahasiswa dengan gayanya mereka yang beragam. 

Oleh karena itulah, saya terbiasa membuat modul ataupun bahan ajar, yang selalu versi saya. Bersyukur atas kesempatan ini, masih bisa diberikan amanah mengajar MK apapun yang diberikan kepada saya. Dari Mata Kuliah Aplikasi perkantoran, kemudian MK Basis Data kemudian merambah ke MK Pengolahan Citra Digital. Itulah 3 mata kuliah yang terpaksa ototidak dan hanya bermodalkan RPS, kemudian cari buku dan referensi. 

Satu modal yang diberikan oleh Ibuku bahwa "kuwi ilmu katon,bisa disinauini" atau kalau dalam bahasa Indonesia "itu ilmu kelihatan, dan dapa dipelajari". Motto inilah yang masih terus saya gunakan hingga detik ini.

Belajarlah ....walaupun harus ke negeri Cina. Tapi sekarang cukup dari youtube aja, jangankan Cina, keliling dunia pun mampu. Inilah teknologi, teknologi adalah sesuatu yang bebas nilai, Jika teknologi digunakan oleh orang baik, maka teknologi akan menjadi manfaat yang positif, tetapi jika teknologi digunakan untuk kejahatan, maka rusaklah dunia. 

PHB*07052021*

MAHASISWA ERA MILENIAL

Tak terasa , hampir 2 tahun dunia dilanda pandemi covid-19. Saat awal pandemic ti tahun 2019 lalu, semua pola hidup berubah, mungkin memang pola hidup lebih sehat diterapkan di semua kalangan. Budaya hidup 3M hingga sekarang 5M. Teknologi memiliki peranan penting dalam mas pandemi ini, karena tatap muka hampir tidak boleh dilakukan tetapi semua kegitn dilakukan menggunakan virtual, zoom, google meet, vcall whatapp menjadi sangat penting, internet dan sinyal menjadi bagian yang sangat penting.

Perkuliahan di masa pandemi pun dilakukan secara daring atau dalam jaringan. Untuk para pendidik vokasi, tidaklah mudah mengubah metode pembelajaran tatap muka menjadi daring. Maka semua sivitas akademika melakukan adaptasi dengan kebiasaan baru ini, mahasiswa, dosen, para admin dan semua lini. Kaget? Tentu kaget, tetapi berjalannya waktu akhirnya terbiasa dengan hal itu. Tak terelakkan akhirnya perubahan budaya pun mulai terjadi. Yang tadinya salaman menjadi salah satu hal yang dihindari, karena penyebaran virus covid adalah bersentuhan. Saling mengenal antara dosen dan mahasiswa, menjadi hal yang bisa dikatakan hal yang sulit. Terkadang kita hanya mengetahui namanya, tetai mahasiswa kita seperti apa, kita sudah lupa, karena terkadang tatap muka virtual hanya memperlihatkan layra hitm, tan menunjuukkan kamera. Demikin juga mahasiswanya, tidak mengetahui wajah dosennya, karena terlalu banyka dosen yang daring.

Belum lai materi yang diberikan harus beralih menjadi materi yang dapat dimengerti oleh mahasiswa, mislanya dalam bentuk video, tutorial dan semacamnya. Hal ini menuntut pendidik meningkatkan kompetensi dalam membuat materi dengan menarik.

Banyak cerita lucu yang terjadi di masa pandemi ini….

Bersambung…


Komentar

Postingan populer dari blog ini

PAHLAWAN LITERASI DI ERA MILENIAL DARI SMP TARUNA BAKTI

Part 5: Eksplorasi Kampus TAFE di Quensland ,Australia: Perjalanan Belajar Singkat di Negara Kanguru

Tetap Eksist di dunia Literasi Bersama EBAS 5