Fenomoena PPDB Di Indonesia di tahun 2024

  • Pengalaman mendampingi Ananda Mengikuti PPDB SLTA di tahun 2024
Hari ini tanggal 29 Juni 2024, saya akan menceritaknan pengalaman saya mengikuti PPDB ananda ragil saya yakni mengikuti PPDB SLTA  mellaui ppdbonline jateng, khusunya kota Tegal. dan mungkin ini terjadi di kota-kaota lain

Rasanya seperti naik rooler coster, deg deg an, kuatir, kesel, sebel dan seperti tidak terima bercampur aduk selama 5 hari yakni di tanggal 24-27 Juni 2024. Proses pendaftaran berawal dari pembuatan akun, aktivasi , pemilihan sekolah hingga penutupan pendaftaran yang diakhiri dengan stopnya proses jurnal penerimaan  siswa di sekolah yang didaftar.

Berawal dari  pembuatan akun, bahwa pembuatan akun dibuat oleh calon pendaftar secara online di rumah masing-masing., dengan memasukkan data-data peserta termasuk menginputkan nil;ai rapot smt 1-5 , serta menggunggah beberapa berkas.
Mungkin ini adalah sesuatu yang mudah bagi orang yang memiliki pendidikan atau mengerti sistem informasi, tetapi karena tiap tahun berubah, maka orang tua diharapkan menonton demo penggunaan aplikasi di link youtube. Pada praktiknya tidak semua orang tua melek teknologi, banyak yang gagap teknologi, demikian juga tidak semua anak mau melakukan tanpa bimbingan orang tua, dan akhirnya larilah mereka ke sekolah-sekolah atau bahkan ke saudara atau tetangga yang merupakan guru sekolah. 

Akhirnya yang katanya pendaftaran online dari rumah, ternyata tidak semuanya dilakukan di rumah melainkan beberapa orang tua atau anak kebingungan mengisi akun, dan akhirnya tetap juga ke sekolah. 

Proses berikutnya adalah  verifikasi akun, pada tahap ini calon ppdp harus ke sekolah terdekat untuk verifikasi akun. Nah untuk ini tidak ada keseragaman SOP, pengalaman yang saya alami yakni ke salah satu SMA , sebut saja SMA X, caranya scan barcode tanpa adanya interaksi dengan guru atau panitia ppdb, hanya diarahkan oleh satpam untuk scan barcode kemudian setelah mengisi beberapa data akan  muncul jadwal verifikasi oleh sekolah tersebut. Tetapi disini, minim sosilasiasi karena orang tua yang bingung, cuma diminta scan barcode dan tanya ke layanan CS PPDB. Sementara saya ke  sekolah SMA Y dan Z, banyak antrian disana sejak pagi hari, dengan mengambil nomor antrain, dan juga yang tidak mengambil nomor antrian, tetapi syarat akun yang terverifikasi hanyalah 100 akun, sementara di Kota Kami hanya memiliki 5 SMA, memang waktu verifikasi adalah panjang, sekitar 1 minggu, jadi jika satu sekolah 100 akun maka seminggu akan ada 700 akun, dan untuk 5 sekolah ada 3.500 akun.
Nah, sudut pandang saya sebagai orang tua, mellihat ini sebagai kegiatan yang katanya online tetapi tetap  harus ke sekolah, untuk verifikasi berkas, jika  memang verifikasi berkas membutuhkan waktu yang khusus karena disini menyangkut keaslian KK, surat kelulusam, nilai rapot dan data lain, maka menurut saya ini tidak efektif, karena saat pembuatan akun kita sudah memginputkan semuanya, jika ternyata ada yang tidak valid kita akan unggah ulang ataukah admin yang akan unggah ulang, saya tidak tahu, karena kebetulan saya yang langusng terverifikas tanpa ada masalah. Jika titik kordinatnya ternyata dimanipulsi apakah berkas berita acara disana, saya juga tidak tahu, karena titik koordinat saya sudah sesuai dengan KK juga dan merupakan dokumen asli, dengan jarak SMA terdekat 878 km. 

Jadi menurut saya, verifikasi disini hanya memberikan antrian panjang yang membuat panitia sekolah juga lelah dan disni juga tidak ada monitoring dari pihak terkait, misal verifikasi NIK dari akun di disducapil, padahal dari NIK saja jelas, jika data terintegrasi tanpa adanya verifikasi akun bisa terdeteksi keasilian KK.

Nah, disini sudah terlihat bahwa tidak adanya integrasi sistem infprmasi antara dinas terkait, sehingga rentetan tahapan harus dilalui, dan menurut saya masih ada celah untuk human error, baik human error dalm input data ke sistem sistem atau human error yang non sistem. Penginputan nlai oleh orang tua, akan memberikan dampak fatal jika salah input, yang seharusnya jika adanya integrasi antara sistfo ppdb dengan dapodik, nilai ini sudah bisa diaskes scara otomatis saat NISN calon ppdb menginputkan ke sisfo. Entah mengapa di sisfo tahun ini , tidak berjalan otomatis.

Nah, tibalah pada tahapan yang menegangkan, yakni pemilihan sekolah yang akan didaftar oleh calom ppdb, dimana tahapn ini kita wajib login dengan akun yang telah diverifkasi dan diaktivasi, kemudian baru kita memilih jalur pendaftaran, kemudian kita memilih sekolah yang kan dituju, Saya memilih sekolah terdekat yakni SMA N 1 Tegal, dengan jarak 878 meter melaui jalur zonasi. Dan saya mendaftar di hari pertama yakni tanggal 27 sekitar pukul 20.oo WIB, dan dalam jurnal anak saya masih masuk di deretan yang diterima pada nomor kisaran 170 an. 
Dan tidak semua orang tua tahu bahwa jalur zonasi minimal 55 persen, jalur prestasi maksimal 20 persen dan ada jalur afirmasi, serta zonasi serta khusus dan jalur pip. Maka jumlah kuota di juranl akan berubah-ubah sesuai pendaftaran di masing-masing jalur. menurut asya inlah yang kurang sosialisasi ke masyarakat sehingga masyarakt melihat kuaota zonasi di jurnal selalu berubah-ubah, mamang inilah sitem yang berjalan tanpa adanya campur tangan human, tetapi disnilah justru titik point butuh keterbukaan kepada orang tua calon ppdb. Karena praktiknya banyak calon ppdp yang ke sekolah untuk memilih sekolah karena bingung, dan tidak mengerti dari sosialisasi jumlah tersebut, nah disinillah para orang tua dibutahkan adanya banyak mencari informasi sebanyak-banyak, untuk menentukan langkah apa saelnjutnya jika terlempar dari zonasi. Bagi orang tua yang tidak tahu, akan bilang ini permainan sistem, padahal belum tentu. 

Hari kedua pendaftaran, jarak 878 meter dari SMA N 1 terlempar, dan ini membaut saya syok dan bertanya-tanya emang pendaftar sekarng rumahnya dekat-dekat kah? hingga rumah saya yang 800 meter tidak masuk. Bingung, karena tidak ada l;agi SMA terdekat, maka mulailah saya berselancar ke sistem informasi ppdb di jalur prestasi dan afirmasi. Mulailah saya kepoin semua menu di sistem, subhanllah, ternyata sistem ini menurut saya tiidak user frendly, karena pada bebeapa menu sisfo, ada beberapa tahapan yang harus kita lakukan jika kita terlempar dari zonansi, entah mengapa dibuat demikian untuk tujuan apa, saya juga tidak tahu, tetapi jika terlempar dari satu jalur, maka calon ppdb harus membatalkan sekolah yang sudah dipilihnya dan melakukan pemilihan sekolah lagi dengan klik daftar dan pilih jalur ,serta pilih sekolah lagi. tahapan inipun tidak ada keterangan panduan di sisfonya , sya me;lakukan ini atas arahan salah satu ke operator sekolah di sekolah. Inilah mengapa saya bilang sisfo ini tidak user frenly, karena minim panduan penggunaan sistem, pdahal pengguna sistem bukanlah user ahli tetapi banyak orang awam tentang sisfo, seorang user ahli pun harus melalui panduan. Singkat cerita jalan panjang 30 jam melewati naik turun posisi di jurnal dengan tingkat naik turun yang tidak dapat diprediksi. TEtapi perubahan di hari ke-4 masih cukup signifkan, karena penuruan bisa ke 40, nah ini membuat saya kuatir, karena hanya ada kuota 64 kursi untuk jalur prestasi.

Di hari ke-4 saya lihat status para orang tua pendaftar ppdb, banyak yang kecewa, krn zonasi terdekat sangat kecil, dan yang 800 meter keatas rata-rata tidak mendapatkan sekolah sementara nilai anaknya tidak memungkinkan masuk ke jalur prestasi, demikian juga jalur prestasi, banyak yang nilai tinggi tanpa prestasi dari sekolah swasta, hampir presentasenya rendah asala siswa smp negeri yang masuk jalur prestasi.  Serta jumlah sekolah yang belum merata di tiap kecamatan. 

Masuk hari ke-5, hati sudah tidak tenang, untuk bekerja pun rasanya sudah tidak fokus, hanya melihat jurnal saja, tetapi di satu sisi, ananda masih tenang, dan siap menerima apa yang akan terjadi. Sisi lain dari si anak yang tenang ini, ada baiknya tetapi juga sebagai orang tus gemes banget....Tapi ddian-diam ananda searching tentang MAN , berarti di benaknya sudah terpikir bagaimana jika dia terlempar lagai dari jalur prestasi.  Saat hari terakhirm anak saya sangat posisi tidak stabil, naik turu di angka 45-55, terus berubah-ubah tiap jam nya. Bahkan di detik2 akhir jam 3 siang sempet turun di  posisi 55 dari 64, Orang tua mana yang gak kebat kebit dengan kondisi ini. Sementara jika keuangan memadai mungkin tidak akan bingung, tetapi saya adalah ibu dari 4 iorang anak dimana anak ke-2 dan ke-3 saya sedang kuliah di kota lain.

Tapi  hal ini membuat saya berpikir, bagaimana jika yang tidak mampu, dan rumahnya dekat serta anaknya di bawah nilai prestasi, mau lari kemana mereka? Inilah yang akan menyebabkan akar masalah putus sekolah di jenjang SMP tanpa melanjutkan ke tingkat SMA.
Tidak bisa dipungkiri bahwa sekolah di Indonesia selain negeri atau sekolah swasta ada beberapa pembayraan , baik uang gedung, uang spp daa mungkin pembyaran lain-lain.

Maka sudut pandang saya, yang zonasi ini bertujuan untuk pemerataan pendidikan tidak tercapai, nanti akan saya bahas pada analisis tentang bahasan ini, karena saya ingin sahre pengalaman dulu di sesi ini, sedangkan sub berikutnya saya akan melihat sudut pandang permasalahan dengan data dan beberapa hasil wawancara saya dengan beberapa narasumber, ataupun tayangan di media sosial tentang kekecewaan orang tua di bebagi daerah di Indonesia tentang PPDP  saat ini.

Akhir sharing pengalaman mendaftarkan ananda ragil saya, alhamdulillah berakhir dengan penuh rasa syukur, karena anak saya masuk di jurnal di posisi 52 dari jumlah kuota maksimal 64 di jalur prestasi. Sujud syukur dan penuh rasa berterima kasih ke semua orang yang saya tanyai dan saya ajak diskusi tentang informasi ataupun langkah2 ppdb, dari beberapa guru, operator, hingga beberapa rekan di dunia pendidikan. Karena sempat lepas kontrol, saat memantau jurnal, jadi berbegai kemungkinan harus diperhitungkan saat saat kritis. 
 
Mungkin sharing saya ini merupakan cerita yang berakhir dengan masih terselamatkan, masih banyak di luaran sana, para anak dan orang tua yang menangis kecewa dan marah kecewa karena tidak masuk di semua jalur PPDB, baik jalur zonasi, jalur prestasi, jalur afirmasi ataupun jalur lain. Bahkan kita tidak mengetahui apakah masih ada jalur tikus?????

Jiwa pendidik saya tergugah, merasa sedih dengan fenomena pendidikan saat ini. Beberapa hal yang terdampak akibat zonasi ini menurut saya sangat banyak dampak negatif dibandingkan positifnya, antara lain:
  1. tidak meratanya pendidikan, dan adanya ketidakadilan, karena yang diterima di jalur zonasi belum tentu calon pendaftar yang rumahnya benar-benar dekat tetapi ada beberapa yang menggunakan KK untuk nempelin nama Kepala Keluarga di sanak saudara ataupun alamat yang lebih dekat dengan sekolah, sementara data ini tidak dapat dilakukan verifikasi satu per satu, melainkan hanya dengan melampirkan surat keterangan kelurahan bahwa benar adanya nama tsb ada di KK tersebut, sudah bukan rahasia umum, surat ini mudah didapat.  Hal ini terlihat sepele, tetapi banyak orang tua yang melakukan manipuasi demi anaknya sekolah di sekolah yang dulunya terlabel favorit, segala cara digunakan untuk memenuhi aturan PPDB, berarti dampak lain adalah secara kejujuran mengalami degradasi dimulai dari saat orang tua mendaftarkan anaknya di sekolah yang jauh dari rumahnya tetapi nempel di KK rumah yang dekat, maka degradasi kejujuran ini akan dilihat dan bahkan mungkin ditiru oleh anaknya, untuk berbagai cara dalam mencapai tujuan. Sedih banget, dengan dampak yang satu ini, karena ini lebih ke kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual untuk anak2 kita ke depannya yang akan meneruskan tongkat estafet kepemimpinan Negara ini di masa depan. 
  2. belum siapnya infrastruktruktur pendidikan yukni rasio sekolah yang ada belum tentu mengakomodir semua pendaftar  di sekitar zona sehingga masih banyak yang harus putus sekolah karena zona dekat, tetapi tidak diterima di sekolah negeri terdekat, dan tidak memiliki kemampuan secara finansisal untuk masuk ke sekolah swasta.
  3. fakta ke-3 yang saya temukan bahwa nilai siswa dari sekolah SMP swasta lebih tinggi dibandingkan dengan nilai siswa dari SMP negeri, hal ini karena KKM di tiap sekolah berbeda-beda, maka peluang untuk meng up grade nilai dari pihak sekolah masih memungkinkan. 
  4. adanya sistem informasi yang online tetapi tidak user frienly atau mudah digunakan oleh siapapun, kemudian tidak terintegrasinya data antara dinas terkaiy di PPDP ini.
  5. sisfo yang digunakan tiap tahun selalu berbeda, tetapi masih bisa dimanipulasi data KK , padahal zonasi untuk fokus titik beratnya adalah domisili sementara domisili kita sudah tersistem pada disdukcapil, tetapi disdukcapil tidak memiliki akses untuk bisa berperan di sisfo PPDP ini.

Pengalaman adalah guru yang terbaik, maka semoga dengan pengalaman ini bisa memberikan perbaikan di dunia pendidikan kita ke depan.

  • Analisis situasi PPDB tahun 2024
Disinilah menurut saya sistem informasi ppdb sangat tidak efektif untuk pendaftaran, minim sosialisasi, tidak ada panduan penggunaan sistem dan  tidak sangat rancu antara kegiatan online dan offlinenya, serta banyak menut yang menurut saya berulang.  



Tetapi  alangkah lebih bijak mari kita lihat data yang ada.

1. jurnal pendidikan PPDB
2. data sekolah dan rasio anak usia sekolah SMA
3. Data diskukcapil

  • Sudut sisi pandang para pendidik di PPDP 2024
Beberapa hal dialami panitia PPDB tiap tahun, yang bisa dijadikan evaluasi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DUA JAM BERSAMA CIKGU TERE, BUKAN GURU BIASA

Tetap Eksist di dunia Literasi Bersama EBAS 5

TANGAN DINGIN SEORANG GURU MUDA DARI KOTA NANAS